Mereka yang sudah popular namanya -karena keartisan atau ketokohan- sesekali juga memanfaatkan ruang publik sebagai etalase dirinya. Bagi yang mendambakan ingin lebih dikenal, mereka lebih percaya bahwa 'keberadaan' mereka harus bisa tampil di setiap sudut kota. Jadilah pamflet, selebaran, baliho bertebaran untuk sekedar 'mencuri perhatian' dari kalangan pemilih.
Nah, bagi kita yang lebih banyak menjadi pemilih aktif nanti, pemandangan seperti ini justru bisa memabukan. Ruangan umum yang mestinya bersih dari beragam kepentingan, terlihat menjadi lebih runyam dengan pemandangan warna-warna dari para caleg. Begitupun dengan jumlahnya yang mengular. Sepertinya pemandangan seperti ini bakalan tetap bersliweran, hingga pertengahan tahun politik ini.
Cukup lama memang. Itu jika kita masih tahan. Tapi benarkah bahwa apa yang kita lihat sehari-hari saat kita bepergian di jalan akan begitu mudah mempengaruhi pilihan kita nantinya di hari pencoblosan? Mungkin hasilnya tak akan semudah itu pula.
Kita masih ingat saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Pasangan yang terpilih justru berasal dari mereka yang tak mau mengotori ruang publik dengan foto dirinya. Mereka lebih percaya bahwa hadir langsung menemui warga akan lebih ampuh mendapatkan simpati. Dari simpul simpati inilah kelak keterpihakan pemilih lebih condong bersandar.
Kita pun lebih mudah respek kepada caleg yang lebih suka menghabiskan waktunya untuk terlibat bagi orang banyak. Misalnya seperti Dwi Rianta Soerbakti,MBA. Namanya dikenal baik oleh warga Jakarta, khususnya warga di Dapil DKI 7 (Kebayoran baru, Setiabudi, Cilandak, Kebayoran lama, dan Pesanggrahan) dari Partai Gerindra.
Dwi Rianta Soerbakti dengan DRSFoundation ditengah warga yang diajak wisata gratis. |
Coba sempatkan untuk menyapanya. Rianta tak sungkan-sungkan untuk turun langsung membersihkan saluran air yang kotor. Ini sekaligus sebagai penyemangat bagi warga sekitarnya, bahwa kepedulian bukan lagi menjadi tanggung-jawab segelintir orang. Mereka yang memangku jabatan politis pun adalah bagian dari masyarakat. Yang tak boleh sekedar memikirkan aspirasi warga, dan justru menjadi bagian penting dari kegiatan kemasyarakatan secara langsung.
Menurut beliau pula, warga sekarang lebih mudah menguatarkan aspirasinya justru saat acara-acara tak resmi seperti ini. Jadi dengan jarak yang tak lagi berbatas, mereka bisa berbaur dan bisa mengenali dengan baik mereka yang selama ini menjadi wakil mereka di dewan yang terhormat di DPRD.
Ini pula yang sebenarnya menjadi inspirasi Dwi Rianta Soerbakti,MBA. Dekat sekaligus bisa melekat dengan warga. Warga tak lagi menjadi sekedar obyek pembangunan karena sudah waktunya warga juga tampil dengan keterpihakan yang lebih adil. Memiliki wakil rakyat yang bisa menjadi aduan keresahan, penyemangat sekaligus menjadi 'bapak' karena kedermawanan dan dukungan yang nyata. Tanpa perlu mengotori kota dengan tempelan-tempelan tak bermakna.
Selamat bekerja Pak Rianta!
Untuk melihat kegiatan-kegiatan DRS Foundation, sila cek timelinenya di https://twitter.com/DRSfoundation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kamu bisa dapetin ilustrasi wajah yang sesuai dengan wajah kamu di moselo.com/Bikingemeys. Jangan lupa ada promo jika pesan dari aplikasinya langsung.